Workshop Penyusunan Rencana Aksi KDD di Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Kapongan
Situbondo—Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS) menggelar acara Workshop Rencana Aksi bagi Kelompok Difabel Desa (KDD) untuk empat desa di Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Kapongan pada Senin—Selasa, (16—17/10/2023) di Aula Kelurahan Mimbaan, Kabupaten Situbondo. Keempat desa tersebut adalah Desa Tanjung Glugur, Desa Trebungan, Desa Kapongan, dan Desa Peleyan. Acara ini menghadirkan KDD dan perwakilan dari desa, yaitu Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat dari tiap-tiap desa.
“Acara ini memiliki tujuan untuk 1) mengembangkan kesadaran
difabel akan hak-hak dan kebutuhan-kebutuhannya dan bagaimana cara
pemenuhannya, 2) mengidentifikasi potensi atau peluang kegiatan program yang
dapat diimplementasi, 3) mengenali dan menganalisis sumber daya yang tersedia,
4) mengidentifikasi dan memprioritaskan program sesuai dengan urgensi dan
potensi implementasinya, 5) membuat rencana untuk menempatkan strategi tersebut
ke tempatnya berdasarkan kapasitas lokal, dan 6) mempresentasikan dan
mengadvokasi rencana yang telah disusun,” jelas Bella Dwi Indah Sari, fasilitator
pada acara ini, di dalam keterangan tertulisnya. “Kegiatan ini adalah salah
satu dari serangkaian kegiatan yang juga secara simultan dilaksanakan di
Kabupaten Situbondo dan Kota Probolinggo dan dilaksanakan melalui dukungan Program
INKLUSI, Kemitraan Australia-Indonesia yang bekerja sama dengan Sigab Indonesia
dan PPDiS,” tambah Bella.
Pada hari pertama, kegiatan berfokus pada tiga sesi, yakni menggali
masalah, membangun harapan, dan menggapai dukungan dari stakeholder. Sesi
pertama, semua peserta diajak untuk mengungkapkan semua permasalahan yang
dialaminya. Entah, apakah masalah itu berhubungan dengan lingkungan yang tidak
akses bagi difabel, penerimaan masyarakat kepada difabel, pendidikan yang
kurang inklusif, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk merefleksikan ingatan
peserta tentang apa yang menjadi kesulitan dan permasalahan mereka. Panitia
membagikan kertas-kertas metaplan sebagai media bagi peserta untuk menulis
permasalahannya. Lalu, kertas-kertas yang telah ditulisi pelbagai masalah peserta
ditempel di kertas plano besar yang telah tersedia untuk masing-masing desa.
Suasana diskusi di Desa Peleyan antara anggota KDD, Pemerintah Desa, BPD, dan tokoh masyarakat/Ahmad Faiz
“Saya lihat ada beberapa masalah yang selalu muncul di masing-masing
desa. (Masalah itu adalah, Red.) pendidikan, ekonomi, dan masih adanya
stigma,” kata Bella pada sesi pertama ini.
Setelah semua masalah dipresentasikan oleh tiap-tiap
peserta, Bella mengajak peserta untuk mengategorikan masalah-masalah tadi
menjadi masalah yang sudah terselesaikan dan masalah yang belum terselesaikan. Setelah
menyisihkan masalah-masalah yang telah selesai, peserta workshop diajak
untuk mengurutkan masalah-masalah tersebut berdasarkan tingkat kesulitannya.
Sesi kedua, seluruh peserta workshop diajak untuk merefleksikan
hal-hal apa saja yang membuat mereka merasa senang dan membuat semangat baru dan
harapan bagi mereka. Di sini, Bella mengajak mereka untuk mengungkapkan
harapan-harapan atau mimpi-mimpi mereka semua. Dengan semangat, masing-masing
peserta menulis semua harapan-harapannya di kertas metaplan yang telah tersedia
untuk masing-masing desa. Setelah menempelkan semua harapan di kertas plano, Bella
meminta perwakilan tiap-tiap desa membagikan harapan-harapan tersebut kepada seluruh
peserta.
“Adanya sosialisasi untuk orang tua difabel terkait
pentingnya pendidikan. Masih banyak difabel anak di desa saya yang masih belum
sekolah dengan alasan yang bermacam-macam,” ucap Anwar Sanusi, anggota KDD asal
Desa Trebungan.
Anwar Sanusi, KDD
Trebungan, ketika menyampaikan harapannya/Ahmad Faiz
“Nah, sekarang mari Bapak dan Ibu semua kita urutkan harapan-harapan itu ke dalam harapan yang paling mungkin bisa diwujudkan dan paling bisa berdampak ke orang banyak. Harapan-harapan ini nantinya akan kita jadikan prioritas,” pinta Bella setelah presentasi dari semua desa usai. Bella mengajak mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk menentukan harapan-harapan yang paling mungkin untuk bisa diwujudkan menjadi kenyataan, khususnya di tahun depan.
Suasana peserta workshop asal Desa Kapongan di dalam mengurutkan harapan-harapan mereka/Ahmad Faiz
Sesi ketiga di hari pertama adalah mengidentifikasi siapa-siapa
saja dan hal-hal apa saja yang bisa membantu KDD untuk mewujudkan harapannya
menjadi kenyataan.
“Nah, tentu saja KDD tidak mungkin bisa sendirian mewujudkan
harapan-harapan ini menjadi nyata tanpa dukungan dan sokongan pihak-pihak lain.
Sekarang, silakan Bapak dan Ibu semua tuliskan siapa-siapa saja dan hal-hal apa
saja yang bisa membantu mewujudkan harapan-harapan tersebut,” ajak Bella kepada
semua peserta.
Hari kedua diawali dengan melihat kembali urutan prioritas
harapan yang telah disusun pada hari sebelumnya. Fasilitator, Bella, meminta
seluruh peserta untuk menyepakati tiga prioritas yang akan diwujudkan di tahun
2024. Harapan-harapan ini dikonversi menjadi kegiatan-kegiatan yang akan
menjadi rencana aksi KDD di tahun 2024. Lalu kemudian, Bella mengajak semua
peserta untuk berpikir tentang siapa saja yang akan bisa membantu mendukung kegiatan-kegiatan
tersebut.
Taufiqur Rahman, anggota KDD Trebungan, sedang mempresentasikan pihak-pihak yang bisa mendukung harapan-harapan yang telah KDD Trebungan buat pada hari sebelumnya/Ahmad Faiz
Selepas itu, Bella menunjukkan bagan untuk dirinci per
masing-masing prioritas. Bella juga menunjukkan contoh rekap agenda kegiatan yang
disusun tiap bulan. Hari kedua ini berfokus pada penyusunan rencana aksi KDD
berdasarkan kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time-bound). Beberapa rencana aksi yang dihasilkan, antara lain, adalah pembentukan kelompok belajar bagi difabel anak dan orang tua difabel, pendirian bank sampah, pembentukan tempat layanan kesehatan inklusif bagi difabel, balita, dan lansia, dan pembentukan kelompok usaha bersama, seperti usaha olahan makanan ringan, pembibitan tanaman hortikultura, dan warung sembako.
"Rencana-rencana aksi yang dihasilkan oleh empat desa pada hari ini bermuara pada penyelesaian masalah umum yang dialami oleh KDD di empat desa, yaitu pendidikan, ekonomi, dan stigma," ujar Bella sesaat selepas menutup acara.
Workshop hari ini mendapatkan apresiasi dari Moegiono, tokoh masyarakat asal Desa Kapongan yang mengikuti kegiatan ini. “Acara ini membanggakan karena berisi
diskusi-diskusi tentang bagaimana caranya memberdayakan difabel di desa masing-masing.
Kita banyak bertukar pikiran di sini, baik dengan teman satu kelompok KDD ataupun
dengan kelompok dari desa lain. Saya harap PPDiS bisa istikamah memfasilitasi KDD
tidak hanya di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan terus ke atas,” pungkasnya saat menyampaikan pesan dan kesannya
selepas acara workshop.
Tidak ada komentar:
Komentar dilarang keras mengujar kebencian, sara dan hal negative yang bisa memicu pergerakan masa.