KDK Kademangan, Berawal dari Swadaya Menjadi Berdaya
Kelurahan Kademangan merupakan salah satu Kelurahan dampingan program Solider Inklusi di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Pada awal pendampingan yang dilakukan oleh Sigab Indonesia melalui Pelopor Peduli Disabilitas SItubondo (PPDiS) kelurahan Kademangan masih belum memiliki prespektif terkait disabilitas dan inklusi social. Hal ini diperkuat dengan data awal disabilitas yang berjumlah 48 orang dan masih diintervensi dengan bantuan social. Program Solider Inklusi menggunakan pendekatan 9 indikator Desa Inklusi yang salah satunya terdapat wadah disabilitas di level Desa/Kelurahan, Hal ini langsung ditindaklanjuti dengan pembentukan KDK Kademangan melalui Surat Keputusan Lurah pada tahun 2022.
Pascapembentukan KDK Kademangan, mereka mulai melakukan pendataan ulang berbasis hambatan menggunakan instrument WGQ (Washington Group Questions) dan pendekatan sejawat yaitu difabel yang mendata difabel tentunya pendataan ini mendapat dukungan penuh dari Program SOLIDER-INKLUSI. Hasil pendataan tersebut menghasilkan peningkatan jumlah data difabel menjadi 78 orang, tentunya bukan hanya hasil pendataan saja yang meningkat tapi ada beberapa orang yang berminat gabung dengan Kelompok Difabel Kelurahan (KDK) Kademangan.
KDK Kademangan setiap bulannya mengadakan pertemuan rutin untuk melakukan penguatan kepada anggotanya, pertemuan Ini dilakukan dengan belajar dan bertukar pengalaman antar anggota KDK dari tahun 2022 hingga pertengahan 2023. Mereka hanya berkumpul saja tanpa memiliki rencana atau pun program kerja setiap bulannya bisa dibilang pertemuannya hanya sporadik saja. Baru pada sekitaran bulan Oktober 2023 program SOLIDER-INKLUSI memfasilitasi mereka untuk menyusun rencana aksi pada tahun 2024 sekaligus memperkuat kelompok ini dengan adanya buku panduan administrasi KDK. Penyusunan rencana aksi mereka berdasarkan masalah yang dihadapi oleh anggota di mana mayoritas permasalahannya adalah akses pekerjaan dan pengembangan ekonomi. Akhirnya mereka bersepakat mencoba untuk membuat kelompok usaha bersama.
Pada awal merintis usaha bersama mereka masih bingung, ada inisiatif dari Fasilitator Kelurahan untuk mengajak diskusi pengurus KDK untuk membuat Stik Bawang yaitu camilan gurih yang terbuat dari adonan tepung terigu, bawang, telur, margarin, dan rempah-rempah melihat bahan baku mudah didapatkan. Akhirnya mereka bersepakat untuk menjadikan stik bawang tersebut menjadi kelompok usaha bersama KDK Kademangan. Mereka bersepakat dan secara sadar melakukan pengumpulan modal awal secara swadaya melalui patungan, masing-masing anggota KDK ada yang membawa Tepung, Minyak goreng, Bawang Merah, Gas LPG, penggiling tepung, dll. Awal mula pembuatan mereka melakukan percobaan beberapa kali untuk bisa mendapatkan komposisi bahan yang tepat guna mendapatkan rasa yang enak dan pada akhirnya mereka mendapat hasil yang diinginkan.
Promosi stik bawang ini dilakukan secara konvensional dari mulut ke mulut dan memasarkan dari warung ke warung. Produk ini mulai mendapatkan respon baik dari pasar dan puncaknya memasuki awal ramadhan tahun 2024 menembus orderan sebanyak 50 kilogram stik bawang. Hasil dari penjualan stik bawang di bulan Ramadhan masing-masing anggota mendapatkan 200 ribu dan menyisihkan kembali sebagai modal produksi stik bawang. Produk stik bawang ini tentunya belum sempurna dari kemasan, perizinan terutama pemasaran. Maka dari beberapa kali KDK Kademangan melakukan pelatihan pengemasan produk dan pemasaran secara digital sambil lalu melengkapi perizinan NIB dan PIRT. Mereka mulai mencoba memasarkan kepada outlet oleh oleh maupun rumah makan besar di sekitaran Kota Probolinggo.
Hampir setiap bulan KDK kademangan melakukan produksi stik bawang, rata rata produksi ini berdasarkan prapesan (pre-order) dari konsumen. Anggota KDK Kademangan merasa mendapatkan manfaat bergabung dalam kelompok ini, manfaat secara ekonomi didapatkan sebanyak 4 kali sebesar 200 hingga 300 ribu setiap anggota produksi pada tahun 2024. Mereka mempunyai kesadaran bahwa program pendampingan PPDiS memiliki batasan waktu maka mereka berfikir keberlanjutan kelompok ini dengan memberikan kebermanfaatan secara ekonomi. Pada tahun 2025 mereka berencana mengakses bantuan modal untuk lebih membesarkan kelompok usahanya tentu mereka tidak bisa mengaksesnya dari Kelurahan dikarenakan Kelurahan tidak memiliki dana seperti dana Desa, mereka berencana mengakses dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan di Kota Probolinggo.
Tidak ada komentar: